Dalam upaya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dan tidak hanya mengandalkan pendapatan dari sektor karet yang harganya masih terpuruk, para petani di Kabupaten Mandailing Natal telah fokus kepada tanaman kopi. Untuk kebersamaan para petani kopi di daerah ini telah membentuk kelompok.Salah satu dari kelompok itu telah eksis memproduksi bubuk kopi, walau masih bersifat lokal. Kelompok tersebut diberi nama Kelompok Tani Satahi I berlokasi di Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Ulu Pungkut. Kelompok ini telah mampu memproduksi bubuk kopi sebanyak 260 Kg per Minggu.
Pengelola bubuk kopi kelompok tani Satahi I mengungkapkan hal itu belum lama ini ketika ditinjau Bupati Madina Drs H Dahlan Hasan Nasution di desa berudara sejuk tersebut. Bubuk kopi yang diproduksi kelompok ini berbahan baku varietas Arabika. Sedangkan merek dagangnya bernama Langgam Tama. Jangkauan pasar masih hotel di Madina dan Medan.
Ahmad Yasir Lubis, selaku Kasi yang membidangi tanaman kopi pada Dishutbun Mandailing Natal mengungkapkan, produksi kopi kulit tanduk di Desa Simpang Banyak mencapai 6 ton per Minggu dengan luas lahan di Simpang Banyak Jae dan Simpang Banyak Julu sekitar 210 hektare.
Oleh karenanya, produksi bubuk kopi di desa itu membutuhkan pengembangan agar mampu menyerap produksi kopi yang dihasilkan petani.
Untuk meluaskan jaringan pasar bubuk kopi yang diproduksi Satahi I masih menunggu izin dari Dinas Kesehatan dan lebel dari MUI.
“Memang jika untuk dipasarkan ke Supermarket masih menunggu izin Dinkes dan lebel dari MUI, namun itu tinggal menunggu waktu saja akan keluar, sehingga pasar kopi Mandailing produk Kelompok Tani Satahi sudah bisa masuk ke pasar modren itu” ujarnya. (kanas)
Drs H Dahlan Hasan Nasution terlihat fokus melihat pengemasan Kopi Mandailing |
0 komentar:
Posting Komentar